🏮 Radio Yang Menyiarkan Kekalahan Jepang
Setelahdiketahui secara resmi tentang kekalahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia, atas keberanian para pemuda Aceh terus mengadakan kampaye kepada rakyat untuk menyiarkan berita tersebut. Melalui usaha para pemuda pula yang dengan beraninya mencetak berita-berita itu pada percetakan "Semangat Merdeka" serta kemudian disebarkan kepada
Sejarahperistiwa Rengasdengklok singkat. Ketika Indonesia masih dijajah oleh Jepang karena ambisi Jepang yang menggebu-gebu ingin membangun Imperium Asia Timur Raya di masa perang dunia ke-2. Hingga akhirnya Jepang mengalami kekalahan beruntun yang memberikan dampak besar bagi kemerdekaan Indonesia pada saat itu.
BeginiPenjelasannya. 1. Padat penduduk. Hiroshima saat Perang Dunia II penduduknya mencapai 318.900 orang. Kepadatan penduduk ini juga menyebabkan ramainya aktivitas warga sipil kala itu. Ketika bom atom yang diberi nama "Little Boy" itu telah diluncurkan, 44 detik kemudian bom atom tersebut meledak dalam radius kehancuran mencapai 1,6 km.
Kekalahandemi kekalahan yang diderita tentara Jepang, tidak luput dari perhatian para pejuang kita. Waiden segera memerintahkan markonis F Wuz segera menyiarkan tiga kali berturut-turut. Namun baru dua kali disiarkan mendadak datang orang Jepang melarang siaran it. Pemancar radio akhirnya disegel oleh Jepang tanggal 20 Agustus 1945 dan
AdaDua Penalti, PSIS Semarang Raih Kemenangan Perdana Musim Ini. PSIS Semarang tertinggal lebih dahulu, hingga akhirnya mampu menekuk Barito Putera. PSIS Semarang bisa sedikit lega setelah pada
Tanggal14 Agustus 1945 yaitu masa kekalahan Jepang setelah merasakan pemboman atom (pusat siaran radio pendudukan Jepang di perlintasan Merdeka Barat) ditutup, dia bertekad membikin radio siaran nasional. Siaran Suara Indonesia Merdeka inilah yang menyiarkan pidato Bung Karno sebagai Presiden Republik Indonesia bagi pertama kalinya
Harapansaya membuat pembahasan ini, sebagai latihan soal terlebih dahulu. Semoga bermanfaat. Soal : Latihan Sejarah Indonesia Kelas 11 PTS Semester 2. Pembahasan : 1. Jawaban : C. Pembahasan : Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Siaranradio yang sudah berjalan bertahun - tahun terpaksa berhenti sebentar dan mengalami hambatan karena kedatangan penjajah Jepang. Sebelum Jepang masuk lewat Gundi menerobos Kalijambe, Kalioso, kemudian kota Solo (Maret 1942), Belanda sudah memberi perintah untuk merusak obyek-obyek penting, termasuk pemancar radio SRV.
Jepangmenyiarkan slogan "Asia untuk Asia" melalui agen-agen mereka. Rakyat banyak di berbagai kota menyambut kehadiran Jepang dengan sangat antusias, terutama rakyat yang tidak mengerti sama sekali dengan perkembangan politik global. Pintu kekalahan bagi Belanda sudah terbuka. Pernyataan kota Batavia sebagai kota terbuka yang mereka
JOX6PP2. - Kemenangan dalam Perang Asia Timur Raya adalah harapan bala tentara fasis Kekaisaran Jepang. Dengan kemenangan, rakyat di Asia akan hormat dan tunduk pada militer Jepang. Namun kenyataan tak seperti harapan mereka. Berhubung kaum fasis pantang mengaku kalah, maka menutupi kekalahan adalah jurus penting. Dunia pers terbilang lesu di Indonesia zaman pendudukan Jepang. Memang masih ada pers, tapi itu haruslah seperti apa yang diharapkan penguasa Jepang. Nyaris tak ditemukan berita buruk soal pemerintah, karena berita soal pemerintah militer haruslah selalu baik. Kaum fasis di belahan dunia mana pun selalu ingin terlihat baik. Militer Jepang memang mati-matian berjuang di Front Pasifik, tapi kemenangan tak selalu bersama mereka. Sudah pasti militer Jepang tahu cara mencitrakan diri sebagai pemenang perang di mata rakyat Indonesia. Termasuk ketika di beberapa pertempuran Front Pasifik Jepang mulai kewalahan melawan Sekutu. Militer Jepang menyita banyak radio dari rakyat, agar kabar kekalahan yang diberitakan radio-radio Inggris atau Australia tidak tertangkap oleh kuping orang-orang Indonesia. Meski menyita radio yang mampu menangkap siaran dari luar negeri, Jepang tetap berusaha agar orang Indonesia mendengar radio. “Jepang membuat jaringan radio yang tetap dengan menempatkan pengeras-suara di setiap desa,” aku Sukarno dalam autobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat 2011. Hanya berita bagus yang menenteramkan rakyat yang disiarkan di radio, termasuk suara Sukarno untuk mengayomi rakyat yang menderita itu. Tidak semua orang Indonesia punya radio untuk menangkap siaran asing. Jika pun mereka punya radio dan mendengar radio asing, belum tentu isi beritanya bisa mereka cerna. Tak semua orang bisa berbahasa Inggris, kecuali mereka yang pernah bersekolah. Fasisme memang mudah tumbuh subur di masyarakat yang kurang terpelajar. Tentu saja tak semua orang Indonesia rela menyerahkan radionya begitu saja. Ada sekelompok orang, seperti Sutan Sjahrir, berani ambil risiko dengan menyembunyikan radionya, dengan maksud menunggu berita kekalahan Jepang. Pada akhir 1944 Jepang sudah tergerus di Indonesia timur. Sekitar Papua, dan pastinya Morotai, sudah berhasil diduduki Sekutu yang makin menguat, baik di bidang peralatan, personel, dan logistik perangnya. Sensor Radio dan Pers Soal kekalahannya, Jepang tidak menyiarkan apapun kepada rakyat Indonesia. Ini tidak sulit, karena semua pers, entah cetak dan radionya, berada dalam kendali petinggi militer Jepang. Pantang bagi fasis untuk terlihat lemah. Apalagi lemah di mata rakyat Indonesia yang telah dirampas padinya, diperkosa perempuannya, dan dianiaya kiainya. Menipu sudah pasti jurus andalan militer fasis. Buku Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh 1977 menyebut sedari beberapa bulan sebelum penyerahan Jepang kepada Sekutu, tentara Jepang telah menyita radio-radio agar penduduk tidak dapat mengetahui tentang berita-berita kekalahan Jepang dan perkembangan kemajuan Sekutu di Front Pasifik hlm. 176. Di bulan Agustus, setelah banyak kota di luar Jawa diduduki Sekutu, orang-orang Jepang tentu jadi tidak nyaman di Indonesia. Mereka tidak mau bicara soal Perang Pasifik. “Berita tentang kekalahan Jepang hanya dapat diduga dari tindak tanduk dan gelagat orang-orang Jepang sendiri,” tulis Laurens Manus dalam Sejarah Revolusi Kemerdekaan, 1945-1949 daerah Sulawesi Utara 1995 53. Kegarangan orang Jepang kepada rakyat Indonesia agak menurun di tahun terakhir Perang Pasifik. “Saya berpikir, kebiasaan ini mereka lakukan untuk menghilangkan ketegangan akibat berita-berita kekalahan Jepang yang mereka hadapi,” aku Komisaris Jenderal Polisi M. Jasin dalam Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang 2013 89. Waktu itu, sepengakuan Jasin, orang-orang Jepang jadi mudah tersinggung. Jepang mau tidak mau harus menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945. Setelah Nagasaki dan Hirosima dibom pada minggu-minggu sebelumnya. Berita ini tentu saja tak disiarkan kepada rakyat Indonesia. Pada 2 September 1945, tepat hari ini 76 tahun lalu, barulah Jepang benar-benar menyerah secara resmi kepada itu bukan hanya dapat memperloyo moral serdadu Jepang yang garang dan doyan menggagahi saja, tapi bisa membuat rakyat sipil yang dendam kepada Jepang untuk bertindak melawan mereka. Masalah keselamatan dan harga diri kaum fasis kini tergantung dari bagaimana menyimpan berita buruk yang merugikan. “Terlalu lama Jepang menyembunyikan kekalahannya itu, sedangkan penduduk telah membaca surat-surat selebaran yang dijatuhkan dari pesawat terbang Sekutu yang terbang rendah,” kata Ali Hasjmy dalam A. Hasjmy, Aset Sejarah Masa Kini dan Masa Depan 1994 176. Makin lama, rakyat Indonesia pun mengetahui soal loyonya Jepang itu. Infografik Mozaik Jepang Resmi Menyerah. Peran Kelompok Sjahrir Radio yang dimiliki kelompok Sjahrir belakangan sangat penting perannya dalam Revolusi Indonesia. Sukarno, meski berlawanan dengan Sjahrir, dalam autobiografinya mengakui peran Sjahrir di zaman Jepang. Sjahrir mengadakan gerakan bawah tanah dan menyadap berita dari luar mereka mendapatkan beritanya, mereka tak langsung koar-koar. Berita dari radio asing itu dikabarkan diam-diam dulu ke sesama orang gerakan bawah tanah. Memberi berita ke Hatta pun Sjahrir punya cara yang lebih aman para keponakannya dari Bandaneira dikerahkannya. Dalam buku Mengenang Sjahrir 2010, salah seorang keponakan Sjahrir dari Bandaneira, Lily, mengaku, “bergiliran disuruh mengantarkan berita-berita radio itu ke Oom Hatta, antara lain berita tentang kekalahan dan penyerahan Jepang kepada Sekutu.” Berkat siaran radio soal kekalahan Jepang itu pula pemuda-pemuda revolusioner di Jakarta mulai bangkit. Mereka segera mengadakan rapat dan berkumpul untuk merumuskan tindakan selanjutnya. Berita kekalahan Jepang itu pula yang kemudian membuat mereka berani bergerak. Itu tak lepas dari peran Sjahrir. Para pemuda tersebut lalu mendorong kaum tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya.==========Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 25 Mei 2019. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik. - Politik Penulis Petrik MatanasiEditor Ivan Aulia Ahsan
Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Malang19 Juli 2022 0822Jawaban yang tepat harusnya adalah Radio BBC. Tahun 1945 menjadi babak akhir akan berakhirnya perang dunia II. Kekalahan Jepang di tandai semakin dekat akibat adanya pebgeboman di kota Hiroshima dan Nagasaki. Akibat pengorbanan tersebut, Jepang kemudian mengumumnkan bahwa ia mengaku kalah melalui siaran radio pada 14 Agustus 1945. Bangsa Indonesia tidak mengetahui bahwa pihak Jepang sudah kalah, karena berita ini di sembunyikan dengan rapat oleh pihak-pihak Jepang. Jepang menyembunyikan dengan cara melarang seluruh radio menyiarkan pengumuman kekalahan Jepang dan melarang beredarnya surat kabar di Indonesia. Berita kekalahan Jepang akhirnya terdengar oleh seorang pemuda asal Indonesia bernama Sutan Syahrir. Sultan Syahrir giat mencari Informasi terkait kekalahan Jepang, hingga akhirnya Sultan Syahrir mendengar kekalahan Jepang dari radio BBC. Syahrir berhasil mengetahui berita kekalahan Jepang melalui siaran radio pada saat itu juga ketika Jepang mengumumkan berita kekalahanya, yaitu pada tanggal 14 Agustus 1945 . Jadi, radio yang menyiarkan kekalahan Jepang yang membuat rakyat Indonesia mengetahui kekalahan Jepang yaitu radio BBC.
Radio berwarna gelap,disembunyikan di kamar tidurnya dan dimulai persiapan kemerdekaan Indonesia oleh para pejuang bawah tanah.Himmah Online, Yogyakarta – SBY tetapkan 10 Agustus sebagai Hari Veteran Nasional’, 10 Agustus ditetapkan sebagai Hari Veteran Nasional melalui Keputusan Presiden No. 30 Tahun 2014.“Hari yang bersejarah tepatnya 10 Agustus, yang setelah presiden pertama kita Bung Karno menyampaikan ke hadapan rakyat Indonesia. Waktu itu 10 Agustus sebagai hari veteran, maka telah saya kukuhkan melalui peraturan presiden tertuis dan resmi bahwa 10 Agustus menjadi Hari Veteran Indonesia,” kata SBY di Peringatan Hari Veteran Nasional, di Balai Sarbini, Jakarta, Senin 11/8.Menengok 10 Agustus 1945 , tepat 70 tahun yang lalu Sutan Sjahrir, salah satu penggerak kemerdekaan RI telah mendengar berita yang dikumandangkan sebuah stasiun radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Hal ini menjadi sebuah berita baik oleh para tokoh, karena para tokoh nasional pada saat itu memang sedang menunggu saat yang tepat untuk meraih dari stasiun radio itu tidak didapat Sjahrir dengan mudah, mengingat semua siaran radio yang ada di Indonesia ketat diawasi dan dikontrol oleh Jepang. Sjahrir dapat mendengar berita kekalahan Jepang tersebut. Sjahrir memiliki satu unit radio berwarna gelap dan tidak tersegel yang artinya ilegal. Radio tersebut disembunyikan Sjahrir di kamar tidurnya. Menggunakan radio itulah, Rosihan mengungkapkan, bahwa Sjahrir dapat menangkap siaran-siaran berita luar negeri yang tidak disiarkan informasi yang ia miliki, Sjahrir menyuruh orang-orang kepercayaannya untuk mengantarkan informasi tentang kekalahan Jepang kepada Hatta. Hatta pada saat itu baru saja mendarat dari Dalat, Vietnam. Bersama Soekarno, ia diberikan janji bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan Indonesia. Melalui informasi itulah, Sjahrir hendak memberi peringatan lupakan janji Jepang, karena Jepang sendiri sudah keok, dan segeralah nyatakan kemerdekaan tanpa embel-embel itu, Sutan Sjahrir juga menghubungi penyair Chairil Anwar yang kemudian meneruskan berita tersebut di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Sjahrir. Para pejuang bawah tanah pun bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Setelah itu, dimulailah persiapan kemerdekaan Indonesia oleh para pejuang bawah Niken Caesanda Audy M. Lanta
radio yang menyiarkan kekalahan jepang